makalah kerajaan tarumanegara Posted: 21 Oct 2019 06:31 PM PDT |
MAKALAH KERAJAAN MATARAM Posted: 21 Oct 2019 10:27 AM PDT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak meninggalkan sejarah melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dimulai dari pemerintahan Mpu Sindok yang kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala. Selanjutnya adalah Makuthawangsa Wardhana, terakhir adalah Dharmawangsa Teguh sebagai penutup Kerajaan Mataram Kuno atau medang.Secara umun kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana. Wangsa Isyana merupakan dinasti yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno setelah berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.Pendiri dari dinasti Isyana adalah Mpu Sindok, baru membangun kerajaannya di Tamwlang tahun 929. Kerajaan yang didirikan Mpu Sindok merupakan lanjutan dari kerajaan mataram.Dengan demikian Mpu Sindok dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluas hingga ke Jawa Timur.1.2 Rumusan MasalahAda beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah tentang Kerjaan Mataram Kuno ini, antara lain :1. Bagaimana Kehidupan pada masa Kerajaan Mataram Kuno?2. Kapan masa kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno?1.3 Tujuan PenulisanSesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:a. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan pada masa Kerajaan Mataran Kuno.b. Untuk mengetahui kapan masa kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberikan kita pengentahuan dan wawasan mengenai letak Kerajaan Mataram Kuno, dan sumber sejarahnya, Raja-raja pada Kerajaan Mataram Kuno, kehidupan ekonomi dan sosial masyarakatnya, penggolongan pada masa Kerajaan Mataram Kuno, serta masa kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno. Untuk Lebih Lengkap Cara Download : 1. Klik Link/ Tulisan Download 2. Anda akan menemukan halaman baru adf.ly/ 3. Klik pojok kanan atas Skip. 4. Pilih tombol Allowpada pojok kiri atas 5. Kini anda bisa Download Gratis |
MAKALAH KERAJAAN MATARAM KUNO DAN KEDIRI Posted: 21 Oct 2019 08:14 AM PDT |
makalah kerajaan kutai Posted: 21 Oct 2019 01:12 AM PDT |
MAKALAH KERAJAAN DEMAK Posted: 20 Oct 2019 09:11 PM PDT |
MAKALAH KERAJAAN CIREBON Posted: 20 Oct 2019 06:09 PM PDT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cirebon pada awalnya adalah sebuah daerah yang bernama Tegal Alang-Alang yang kemudian disebut Lemah Wungkuk dan setelah dibangun oleh Raden Walangsungsang diubah namanya menjadi Caruban. Nama Caruban sendiri terbentuk karena diwilayah Cirebon dihuni oleh beragam masyarakat dan sebutan lain Cirebon adalah Caruban Larang. Pada perkembangannya Caruban berubah menjadi Cirebon karena kebiasaan masyarakatnya sebagai nelayan yang membuat terasi udang dan petis, masakan berbahan dasar air rebusan udang/cai-rebon. Tahun 1389 M, Cirebon disebut "Caruban Larang", terdiri atas Caruban pantai/ pesisir dan Caruban Girang. Letak Cirebon yang berada dipesisir Pantai Utara Jawa yang merupakan jalur strategis perdagangan lokal maupun internasional membuat Cirebon cepat berkembang menjadi tempat persinggahan para pedagang dari luar negeri. Para pedagang yang singgah di pelabuhan Cirebon umunya adalah pedagang Islam yang berasal dari China, Arab, dan Gujarat yang kemudian banyak diantara mereka yang menetap di Cirebon. Sejak abad ke 15 M Cirebon sudah banyak didatangi pedagang Islam yang kemudian menetap. Oleh karena itu menurut Tome Pires, seorang pedagang Portugis yang pernah mengadakan pelayaran disepanjang pantai Utara Jawa pada tahun 1531, kerajaanPajajaran melarang orang-orang muslim terlalu banyak masuk ke dalam. Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan yang bercorak Hindu-Budha yang menguasai wilayah Sunda termasuk hingga kewilayah Cirebon. Kerajaan Sunda Pajajaran sendiri pada saat itu di pimpin oleh raja yang bergelar Sri Paduka (Baduga) Maharaja atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi.Karena Prabu Siliwangi penganut ajaran Sang Hyang/Hindu-Budha, maka masuknya agama Islam dibatasi agar tidak mengancam kekuasaannya. Akan tetapi, penyebaran Islam di Cirebon menjadi berkembang pesat setelah Pangeran Cakrabuana menjadi Kuwu di Cirebon. Pangeran Cakrabuana adalah Raden Walangsungsang, anak Sulung Prabu Siliwangi dan Permaisuri Nyai Subang Larang yang beragama Islam. Dari pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang lahir tiga keturunan bernama Raden Walangsungsang, Nyai Lara Santang, dan Raja Sengara/Kian Santang.Setelah dewasa Raden Walangsungsang diperkenankan meninggalkan Pajajaran untuk memperdalam ilmu Islamnya disusul kemudian oleh adiknya Lara Santang. Diperjalanan menuju Cirebon Raden Walangsungsang menikah dengan Nyai Endang Geulis.Tempat pertama Islam diperkenalkan di wilayah Cirebon adalah pelabuhan Muara Jati dan Dukuh Pasambangan. Orang pertama yang mengenalkan Islam adalah Syekh Idlofi/Syekh Datuk Kahfi/Syekh Nurul Jati yang kemudian menetap dan mendirikan pesantren. Raden Walangsungsang, Lara Santang, dan Endang Geulis yang kemudian berguru pada Syekh Nurul Jati membuka pedukuhan di daerah Tegal Alang-Alang. Lambat-laun para pribumi yang tertarik dengan ajaran Islam mulai memeluk Islam dengan suka rela.Setelah mendirikan pedukuhan Raden Walangsungsang dan Lara Santang pergi menunaikan Ibadah Haji. Diperjalanannya Lara Santang menikah dengan Syarif Abdillah Bin Nurul Alim, Sultan Mesir yang bergelar Sulthon Makhmud Syarif Abdullah dari keluarga Bani Hasyim. Agar mudah diterima kemudian nama Lara Santang diubah menjadi Syarifah Muda'im. Dari pernikahan ini Syarifah Muda'im melahirkan dua orang putra yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Syarif Hidayatullah kelak menjadi Sultan pertama di Kesultanan Cirebon dan menjadi salah satu diantara Wali Songo, para penyebar agama Islam di Jawa.Sunan Gunung Jati atau yang dikenal Syarif Hidayatullah dilahirkan di Mekah tahun 1448 M dari pernikahan Syarif Abdullah dengan Syarifah Mudaim atau Lara Santang. Pada usia 120 tahun, Sunan Gunung Jati wafat di Cirebon pada tahun 1568 M. Jenazahnya dikebumikandipuncak Gunung Sembung/Astana Agung Gunung JatiCirebon. Kesultanan Cirebon lahir setelah Sunan Gunung Jati Syarif Hidyatullah menikahi sepupunya Nyai Pakungwati, anak dari Pangeran Cakrabuana/Walangsungsang sebagai Kuwu Cirebon.Pada tahun 1479 M, beberapa misionaris Islam dari Baghdad, Mekah, Mesir, dan Siria berkumpul dipulau Jawa dalam rangka ekspansi agama Islam9, membentuk sebuah Dewan Walisongo yang semula diketuai Sunan Ampel (setelah wafat) digantikan diketuai Sunan Gunung Jati/Syarif Hidayatullah.10Para penyebar Islam di Jawa, dikenal dengan istilah Walisongo telah lama melihat perkembangan Cirebon sebagai basis dari penyebaran Islam, karenanya Sunan Gunung Jati sebagai orang yang dianggap memiliki riwayat mumpuni sebagai orang yang ilmu agama Islamnya tinggi dianggap bisa mewujudkan misi pengembangan Islam di Jawa.Sunan Gunung Jati/Syarif Hidayatullah yang pada tahun 1479 M mendapat restu Pangeran Cakrabuana dan dewan Walisongo yang diketuai Sunan Ampel telah menghentikan upeti kepada Pajajaran yang menandakan telah berdirinya Cirebon. Saat itulah Kesultanan Cirebon berdiri terlepas dari Pajajaran dan menjadi Kerajaan yang berdaulat. Setelah Sunan Gunung Jati mendirikan dan memimpin Kesultanan Cirebon, proses Islamisasi menjadi lebih nyata terjadi. Hal itu terlihat dari wilayah kekuasaan Kesultanan Cirebon, antara lain Luragung, Kuningan, Banten, Sunda Kelapa, Galuh, Sumedang, Japura Talaga, Losari dan Pasir Luhur.Dakwah Sunan Gunung Jati tidak dilakukan dengan cara yang revolusioner, tetapi dengan cara yang mudah diterima yakni dengan memperbaiki yang sudah ada. Kegiatan-kegiatan keagamaan contohnya, dalam perayaan Panjang Jimat dan Sekatenadalah percampuran budaya yang hingga sekarang masih bisa kita lihat. Selain itu, contoh percampuran budaya juga terlihat sangat unik dalam ornamen keagamaan seperti di Masjid Agung Sang Ciptarasa yang menggunakan bentuk bengunan limasan khas budaya Hindu. Saat Sunan Gunung Jati menjadi Sultan petama di Cirebon sekaligus pengangkatannya sebagai Sunanpada tahun 1479 M hingga tahun 1568 M, budayaHindu-Budha yang merupakan agama peninggalan Pajajaran tidak dihapuskan, melainkan diselaraskan dengan ajaran Islam.
Untuk Lebih Lengkap Cara Download : 1. Klik Link/ Tulisan Download 2. Anda akan menemukan halaman baru adf.ly/ 3. Klik pojok kanan atas Skip. 4. Pilih tombol Allowpada pojok kiri atas 5. Kini anda bisa Download Gratis |
0 komentar:
Posting Komentar